Tuberkulosis masih Menghantui Indonesia
Tuberkulosis atau yang dikenal dengan TBC masih menjadi “hantu” bagi kesehatan masyarakat Indonesia bahkan secara lebih luas di seluruh dunia.
Laporan resmi WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa, pada 2014 terdapat 9,6 juta orang di dunia sakit karena TB dan sebanyak 1,5 juta orang diantaranya meninggal karena TB.
Berdasarkan Survei Pravelensi TB oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI Tahun 2013-2014 angka insidence (kasus baru) tuberkulosis (TB) Paru di Indonesia sebesar 403/100.000 penduduk, sedangkan angka prevalence (kasus baru dan lama) 660/100.000 penduduk.
Perkiraan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta, setiap tahun ditemukan 1 juta lebih kasus TB Paru baru dengan angka kematian sebesar 100.000 orang/tahun atau 273 orang per hari.
Dengan hasil survei tersebut, menempatkan Indonesia pada peringkat kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia setelah India. Dengan data ini berarti Indonesia saat ini dalam kondisi darurat TB Paru.
Pada Program TB Nasional Obat anti TB (OAT) disediakan oleh pemerintah Poliklinik Pemberantas Penyakit Paru yang didirikan oleh Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis Indonesia (PPTI) secara gratis.
Tuberkolusis (TB) biasa di sebut TBC, penyakit yang menular melalui udara, di sebabkan Kuman Mycobacterium tuberculosis, yang menyebar dari satu orang ke orang lain. berupa tetesan kecil yang dilepaskan keudara melalui batuk dan bersin.
Menurut Dr. Telly Kamelia Sp,PD. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia gejala utama Tuberkulosis adalah batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu” .
Kecuali Batuk dahak, dahak bercampur darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun dan keringat malam.
Menurut Dr. Asik Surya TB menular melalui udara, baik itu melalui saat bicara, batuk maupun bersin. Saat bicara ada 0-210 partikel, batuk ada 0-3500 partikel dan bersin ada 4500-1 juta partikel yang keluar dari mulut”.
Untuk penanganan penderita TB, diagnosanya membutuhkan waktu tiga bulan. Pengobatannya membutuhkan waktu 24 bulan, dengan multiple drugs dan injeksi setiap hari selama delapan bulan.
Hal yang tak diharapkan adalah adanya rasa mual yang konstan dan muntah yang regular, risiko menjadi tuli yang ireversibel, dan bisa depresi, halusinasi dan kadang ingin bunuh diri.
“Yang perlu diingat adalah pengobatan TB harus sampai tuntas agar tak kambuh di kemudian hari, serta semangat yang besar untuk sembuh,” kata Dr. Telly.
Risiko bila pengobatan tidak tuntas, akan memunculkan masalah TB kebal obat yang disebut Multi Drugs Resisten/ MDR. Dan apabila kasus MDR tak ditangani tuntas juga maka dapat berkembang menjadi XDR, Xtra Drugs Resisten. Tentu saja penanganannya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama
Bagaimana mencegahan agar tidak tertular penyakit TB. Kita harus berprilaku hidup bersih dan sehat antara lain seperti makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh meningkat, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba.
Lingkungan yang bersih baik tempat tinggaldan disekitarnya, membuka jendela agar masuk sinarmatahari di semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena sinar matahari
Imunisasi mencegah penyakit Tuberkolusis (BCG) bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar kondisi balita tidaklebih parah bila terinfeksi TB, menyarankan apabila ada yang dicurigai sakit TB agar segera memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh.
Editor : Panca H. Prabowo